Wednesday, June 6, 2007

Membiasakan Bekerja pada Sistem

Membiasakan Bekerja pada Sistem
Oleh Rendroko Bhuwono

KAMI
merenung terhadap keadaan lingkungan dan merasa ada hal yang tidak berjalan sesuai dengan sunatullah (sistem). Udara Lembang yang kian memanas; perseteruan politik yang tidak kunjung usai; orang tidak bersalah menjadi korban perseteruan orang besar; teknologi yang tercipta dari manusia tidak beriman cenderung lebih besar dibandingkan dari orang yang beriman; …? (paragraf ini menggantung, hasus diselesaikan).

Marilah menengok ke keluarga kita sebagai salah satu contoh sistem terdekat dengan diri kita. Aku merasa adanya berbagai permasalahan. Mulai dari menegur anak hingga memotivasi istri agar tercipta keluarga sakinah. Aku merasa isteriku adalah yang paling kupercaya dan kuharapkan, semoga tetap demikian sampai hayatku berakhir. Semoga Allah Swt mendengar pengharapanku.

Harapanku tidaklah berlebihan agar kami memiliki keturunan yang senantiasa saleh dan salehah, bukan hanya sampai sebatas anak, namun hingga dunia telah kiamat (kalimat ini membingungkan). Kalau Allah mengatakan “Jagalah …… dari api neraka”. Kami mengatakan itu adalah klu dari Allah dan memberikan kebebasan kepada seluruh umat manusia mengimplementasikan. Namun kita harus membuat suatu dinamika dalam keluarga agar adanya metafora yang lebih positif. (kalimat ini juga membingungkan).

Mengapa banyak yang menikmati penyimpangan-penyimpangan, bukankah kita sudah diperingatkan oleh Allah, dengan berbagai bencana? Sebetulnya tidak usah menunggu tsunami, banjir yang sering terjadi harus dijadikan suatu pelajaran bagi lingkungan kita adanya sistem drainase yang terabaikan. Harusnya yang melihat itu segera bertindak, minimal berkoordinasi dengan Ketua RT/RW, bila perlu dengan aparat desa/kelurahan sehingga genangan yang terjadi jangan menjadikan sebagai suatu bencana.

Bagaimana mungkin penyimpangan tidak berkelanjutan kalau senantiasa berdalih kurangnya penghasilan. Hal itu adalah kebodohan dari umat manusia, bila mengatakan penyimpangan karena suatu kelaparan apalagi kurangnya penghasilan. (kalimat ini membingungkan).

Marilah kita lihat riwayat Rasulullah. Sebagai penguasa saat itu, perut beliau senantiasa diganjal batu agar kelihatan gemuk. Hal itu harusnya di perbandingkan oleh setiap umat manusia, mengapa kami terlalu cengeng mengatakan kami akan kelaparan bila tidak menyimpang.

Aparat keamanan seharusnya memotivasi masyarakat di sekitarnya agar berperilaku sesuai fungsi dan perannya. Dengan memberi tauladan kepada lingkungannya, saya kira itu akan lebih baik dari pada dia mencari-cari kesalahan orang yang ujung-ujungnya Pungli. Pungutan liar itu merupakan ledakan kehancuran bangunan suatu sistem. Amatlah bersedihnya kami yang berusaha memberi tauladan sedangkan si dia itu meledakan dengan perilaku pungutan liar.

Yang paling menyedihkan saat ini adalah aparat keamanan yang berperilaku penjahat, ibarat pagar makan tanaman sendiri, kita tidak habis pikir dalam benak mereka itu apakah perbuatan itu untuk dalih kekurangan penghasilan sangat tidak dibenarkan seharusnya rekan/atasan yang dekat bisa mengarahkan sedini mungkin bahwa mereka itu adalah manusia yang beruntung bila dibandingkan pengemis yang meminta-minta. Atau memotivasi ke perbuatan yang positif dan menyenangkan.

Apalagi perbuatan itu dilakukan oleh orang yang memiliki pengaruh banyak orang, maka akan lebih baik bila memberi contoh yang positif. Sebagai contoh pemimpin negara Indonesia/Ulama Indonesia dari berbagai aliran mana pun agar menuntut Israel untuk lebih bertanggung jawab terhadap kejahatan kemanusiaan terhadap umat Islam. Jangan memberi peluang kepada orang Israel, karena semua hasil buah pikir orang Israel adalah menghancurkan segala bentuk legitimasi umat Islam (?). Sebagai contoh orang Israel itu akan senantiasa menjauhkan umat Islam dari ajarannya.

Bagaimana mungkin orang Palestina bisa menang, sedangkan mereka tidak memiliki siapa-siapa di belakangnya. Amatlah bersedihnya bila kita dengan serta merta membunuhnya pelan-pelan dengan mendukung pihak-pihak yang mendukung Israel. Kemenangan Israel atas Palestina bukan karena bantuan atau rahmat dari Allah Swt, namun itu semua karena Israel memiliki sistem yang lebih unggul dari umat Islam. Coba bayangkan bila sistem yang unggul mendapat rahmat dari Allah Swt.

Guratan pena ini hanyalah ajakan kami untuk lebih berkreatif dan bermotivasi dalam berimprovisasi alunan gelombang kehidupan ini.

NOTES!
  1. Jika dijadikan artikel untuk media massa umum, ubah gaya bertutur “kami”, “aku”, atau “saya” menjadi “kita”.
  2. Naskah ini tidak fokus pada masalah yang dibahas. Membingungkan pembaca, apa yang menjadi tema sentral (ide utama), apa yang dibahas sebenarnya.
  3. Mestinya fokus pada sistem: apa sistem yang dimaksud penulis, mengapa harus patuh pada sistem itu, dan apa kepentingannya.
  4. System = bahasa Inggris. Indonesia = Sistem.
  5. Jangan ada koma sebelum “dan”, kecuali urutan lebih dari dua hal, mis. Saya punya buku, pena, dan meja.
  6. Coba buat outline dulu, biar ide dan bahasan tidak acak-acakan. Outlining dalam “teori menulis” disebut “bringing out of order”, merapikan gagasan dan pengungkapannya sehingga sistematis.
  7. Tema sangat menarik, sayang belum fokus dalam pembahasannya.
  8. Keep writing! (Romel).*

No comments: