Thursday, June 14, 2007

FEATURE ARTIKEL: Corat-Coret

Corat-Coret
Oleh Suryawan

DIKISAHKAN, ada keluarga muda yang baru dikaruniai seorang anak. Orangtuanya setiap hari sibuk bekerja sampai-sampai anak semata wayangnya tidak terperhatikan. Ita, bocah tiga tahun itu, setiap hari hanya ditemani Si Mbok, pembantu di rumah itu. Karena dikaruniai rezeki yang cukup melimpah, orangtua Ita membeli mobil baru. Pikirnya, mobil lama sudah ketinggalan zaman.

Pagi itu, orangtua Ita hendak pergi ke kantor, sengaja tidak menggunakan mobil barunya karena khawatir lecet atau rusak. Ita, bocah kecil, lagi senang-senangnya mencorat-coret. Ketika Si Mbok sedang menjemur pakaian di garasi, Ita sedang asyik menggambar di atas tanah dengan sebatang lidi. Tanpa disengaja ia menemukan paku. Maka paku itulah yang Ita gunakan membuat lukisan di atas tanah.

Setelah bosan di tanah, Ita berpikir, "Hmm.. alangkah bagusnya kalau aku buat lukisan di mobil hitam itu, nanti kalau papa dan mama pulang aku akan tunjukan lukisan bagusku ini, mama dan papa pasti senang," pikir bocah itu polos.

Singkat cerita, kedua orangtua Ita pulang. Mengetahui orangtuanya sudah datang, Ita menyambutnya dengan penuh antusias. "Papa... Papa, lihat lukisan Ita, bagus deh, Pa!" ucapnya sambil menarik tangan ayahnya.
Begitu terkejutnya sang ayah melihat mobil barunya penuh dengan coretan. Bukannya pujian yang Ita dapatkan melainkan hukuman dan bentakan. Yang pertama dimarahi adalah Si Mbok karena tidak bisa mengawasi anak. Setelah itu ia menghukum anaknya dengan memukul kedua tangan sang anak tak henti-henti. Pikirnya, kedisiplinan harus ditanamkan dari kecil.

Ita mengaduh, "Ampun , Pa! Sakit…sakit, ampun!" jerit Ita sambil menahan sakit di tangannya yang sudah mulai berdarah-darah. Si Ibu hanya diam, seolah-olah merestuai tindakan "penegakan disiplin" yang ditegakkan sang suami.

Puas "menghajar" anaknya, si ayah menyuruh Si Mbok membawa Ita ke kamar. Dengan hati teriris, Si Mbok membawa Ita. Sore hari, ketika dimandikan, Ita menjerit-jerit menahan pedih. Esoknya, tangan Ita mulai membengkak. Ayah ibunya tetap bekerja seperti biasa. Lama-kelamaan, tubuh Ita makin panas. Luka luka di tangannya tidak kunjung sembuh. Si Mbok melapor kepada ibu. Karena sibuknya, ibu hanya menyarankan, "Oleskan dengan obat saja dan beri obat penurun panas." ujarnya sambil segera pergi kerja tak sempat melihat kondisi anaknya. Setelah pulang kerja pun demikian. Karena lelah bekerja, mereka langsung beristirahat, seolah lupa di rumah itu ada anak yang harus diperhatikan.

Dari hari ke hari kondisi Ita bukannya membaik, tapi justru makin parah. Sampai suatu malam, Ita mengigau karena demam tinggi yang ia rasakan. Si Ibu mulai khawatir dan segera membawa Ita ke dokter. Hasil diagnosis dokter menyimpulkan, demam Ita berasal dari tangannya yang sudah infeksi dan busuk akibat luka-lukanya. Setelah seminggu diopname di sana, dokter memanggil ayah ibunya dan berkata, "Tiada pilihan lain untuk menyalamatkan nyawa Ita kedua tangannya harus diamputasi, tangannya sudah bernanah dan membusuk!"

Mendengar ucapan dokter, orangtua Ita bagai disambar petir. Dengan air mata berurai dan tangan bergetar, mereka menandatangani surat persetujuan amputasi anak yang paling dikasihaninya.

Setelah sadar dari pembiusan operasinya, Ita terbangun sambil menahan rasa sakit dan bingung melihat tangannya yang dibalut kain putih. Lebih kaget lagi, dia melihat kedua orangtua dan pembantunya menangis di sampingnya. Sambil menahan rasa sakit, Ita berkata kepada orangtuanya, "Papa… Mama, Ita tidak akan melakukan lagi… Ita sayang Papa, sayang Mama, juga sayang Si Mbok. Ita minta ampun sudah mencurat-coret mobil Papa!" Si ibu dan ayah makin menangis mendengar kata-kata Ita tersebut.

"Papa, sekarang tolong kembalikan tangan Ita, untuk apa diambil. Ita janji tidak akan melalukannya lagi. Bagaimana kalau nanti Ita mau main dengan teman-teman karena tangan Ita sudah diambil. Papa…Mama, tolong kembaliin, pinjam sebentar saja. Ita mau mencium tangan Papa, Mama, dan Si Mbok untuk minta maaf" (Disadur dari buku Setengah Isi Setengah Kosong).

KISAH nyata di atas menarik dicermati. Anak usia 1-3 tahun sebagian besar mengalami masa corat-coret, baik di tanah, dinding, maupun tempat lainnya. Menurut Ayi Suhartati, guru bimbingan dan penyuluhan di salah satu sekolah di kota Bandung, anak senang corat-coret di dinding merupakan pengembangan daya cipta anak dan sedang mengekspresikan dirinya. Biasanya mereka menggambar apa yang ada di benaknya dan apa yang pernah dipelajarinya.

Corat-coret merupakan pengembangan motorik dan kognitif anak. Orangtua yang bijak tidak memandang negatif masalah ini. Orangtua dapat mengarahkannya dengan menyediakannya tempat khusus, seperti kertas karton yang ditempel di dinding. Bahkan, ada orangtua yang memasukkan anaknya ke sanggar melukis.

Rasulullah Saw mencontohkan metode pembelajaran mulahadzah, yaitu pembelajaran dengan pengawasan. Orangtua cukup mengaping, mengayomi , dan mengarahkan anak kepada hal-hal yang positif. Selama anak tidak melakukan hal yang membahayakan, baik bagi dirinya maupun orang lain, orangtua tidak perlu melarang anak melakukan aktivitasnya.

Pengawasan yang superketat bahkan pelarangan tanpa alasan justru dapat mematikan daya cipta dan kreativitas anak. Anak pun bisa menjadi penakut, tidak mandiri, selalu bergantung kepada orang lain, tidak kritis, pendiam, atau pemurung. Tidak ada salahnya orangtua memberikan kebebasan kepada anak selama berada dalam kolidor kewajaran. (Suryawan, Anggota BATIC Angkatan XV).*

NOTE!
1. Perhatikan tanda baca, utamanya titik-koma. Tulisan feature biasanya berisi kalimat-kalimat pendek.
2. Cermati penggunaan kata/logika bahasa. Mis. "Menurut Ayi Suhartati, guru bimbingan dan penyuluhan di salah satu sekolah di kota Bandung berkata". Kalau sudah ada "menurut", jangan ada "berkata". Pilih: "Menurut Ayi …." atau "Ayi berkata…"
3. "Di" + tempat penulisannya dipisah: "di benaknya", "di tempat". "Di" + kata kerja penulisannya disatukan: "dipisahkan", "dipukul".
4. Orang tua dalam arti "ayah ibu" penulisannya disatukan: "orangtua", untuk membedakan dengan "manusia berusia tua" (orang tua, kebalikan orang muda).
5. Great! Bagus banget. Cuma butuh polesan editing sedikit. (Romel).*

Mengutip naskah yang dimuat di blog ini dibolehkan untuk kepentingan pendidikan dan aktivitas nonkomersial dengan menyebutkan penulis dan sumber http://baticnews.blogspot.com

No comments: